Berita Modusnya Makin Sadis

  
 Perampokan bersenjata api, beramai-ramai, demonstratif, dan makin nekat belakangan ini membuat masyarakat resah.
Perampokan dengan senjata api di beberapa daerah di Tanah Air sangat menonjol dalam tiga bulan terakhir ini. Menurut beberapa sumber, setidaknya 20 peristiwa telah terjadi selama tiga bulan ini. Salah satu perampokan yang paling mendapat sorotan terjadi pada 18/8/2010, di Medan, Sumut. Dalam kejadian pada siang bolong 18/8/2010 itu, bank CIMB Niaga, Medan disatroni 16 orang komplotan perampok bersenjata api laras panjang dan pistol, menewaskan satu orang personil polisi, melukai dua orang security, lalu membawa kabur uang sebesar Rp 400 juta.

Perampokan dengan modus operandi seperti ini, yakni dilakukan oleh sekelompok orang dengan menggunakan senjata api sebenarnya bukan hal yang baru lagi di Indonesia. Namun, kejadian yang begitu marak dalam kurun waktu yang tidak terlalu jauh, ditambah dengan jumlah pelaku yang semakin banyak dan dengan sasaran yang semakin besar pula, membuat kejadian ini dianggap sebagai gejala baru yang menimbulkan berbagai tanda tanya: dari mana senjatanya, apa motivasi, dan lain sebagainya.
Disebut bukan modus operandi yang baru, karena dalam beberapa tahun terakhir ini, khususnya pasca-Orde Baru, kejahatan perampokan dengan senjata api sudah pernah beberapa kali terjadi. Pada awal, korbannya adalah orang yang baru saja menarik uang cukup banyak dari bank atau petugas bank yang hendak mengantar uang. Ketika itu, pelaku biasanya hanya dua sampai empat orang. Tapi, beberapa bulan terakhir ini, perampokan dengan modus operandi yang sama menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dan rombongan pelakunya juga makin banyak serta makin sadis pula.
Dari segi jumlah pelaku dalam satu kali aksi, dari yang pernah terjadi hanya rata-rata 2-4 orang, kini rata-rata 6 sampai 8 orang. Bahkan dalam beberapa peristiwa, aksinya melibatkan hingga belasan orang. Seperti perampokan di Bank CIMB Niaga, Medan yang melibatkan 16 orang. Korban yang disasar pun tidak lagi hanya orang yang baru mengambil uang dari bank, tapi sudah pada objek yang lebih besar seperti bank, toko emas, koperasi simpan pinjam, dealer mobil, dan pegadaian yang memang biasa menyimpan banyak uang.
Dari sudut kenekatan, aksi belakangan ini juga menunjukkan perilaku yang semakin demonstratif, seperti melakukan perampokan siang bolong di tengah kota dan main tembak pula. Di samping itu, terlepas dari sifat aksinya yang memang tidak terpuji, dari segi teknis aksi perampokan belakangan ini juga tampaknya semakin terencana sehingga sangat cepat dan akurat. Bahkan sering hanya meninggalkan jejak yang sangat minim.
Perampokan di Bank CIMB Medan sebagai contoh, sudah seperti sebuah aksi dalam film. Menurut keterangan para saksi mata yang berhasil dihimpun berbagai media, 16 pelaku rampok langsung menyebar, ada yang berjaga di jalan raya dan sebagian besar masuk bank. Tanpa banyak tanya, mereka langsung menembak seorang polisi dari satuan Brimob yang sedang bertugas. Hanya butuh waktu tidak lebih dari 15 menit, rombongan perampok berhasil membawa kabur uang rampokannya.
Menanggapi penyebab maraknya perampokan bersenjata api yang mengerahkan banyak orang selama ini, beberapa pendapat menyebut, hal tersebut akibat lemahnya intelijen memantau perkembangan kondisi sosial belakangan ini, khususnya menjelang Lebaran. Mendukung pendapat ini, pengamat hukum, Prof Runtung Sitepu SH misalnya mengatakan, kejadian ini merupakan kejadian yang sudah hampir rutin terjadi menjelang Lebaran. Jadi terulangnya kejadian ini menurutnya memberi kesan bahwa polisi kecolongan dan tidak mau belajar dari pengalaman. Jadi menurutnya, antisipasi pengamanan yang ketat seharusnya sudah harus ditingkatkan menjelang Lebaran.
Sementara menurut pakar kriminologi Universitas Indonesia, Erlangga Masdiana, tindakan kriminalitas yang semakin nekad merupakan gambaran dari kondisi sosial yang semakin memprihatinkan. “Akses rakyat terhadap berbagai kesempatan untuk hidup lebih layak makin sempit. Dimana hanya dinikmati kalangan elite yang justru cenderung tidak sensitif menyikapi situasi sosial,” katanya.
Pendapat lain menyebut, gejala ini akibat maraknya peredaran senjata gelap di masyarakat. Dimana dengan adanya senjata di tangan orang-orang yang tidak benar, niat dan nyali merampok pun menjadi tinggi. Mengenai sumber senjata sendiri, para pengamat menyebut bahwa senjata gelap yang beredar di Indonesia kemungkinan berasal dari pasar gelap atau sisa-sisa senjata kelompok bersenjata di Nangroe Aceh Darussalam dulu.
Khusus mengenai senjata yang dipakai perampok di Bank CIMB Medan yang sempat diduga banyak orang milik aparat TNI, setelah dilakukan uji balistik terhadap proyektilnya, ternyata bukan senjata standar TNI, melainkan senjata buatan Rusia yang diduga merupakan sisa-sisa senjata GAM yang tidak diserahkan kepada petugas untuk dimusnahkan.
Mengenai adanya dugaan perampokan dilakukan oknum aparat, Adrianus Meliala tidak sependapat. Menurutnya, sekarang telah banyak orang yang jago menggunakan senjata api. Ia juga menyarankan agar setiap masyarakat yang hendak mengambil uang meminta pengawalan dari kepolisian. Serta tidak mengambil uang dalam jumlah besar karena ATM sudah berada di mana-mana.
Maraknya perampokan bersenjata belakangan ini membuat banyak orang merasa was-was jika sedang berada di bank atau pegadaian. Selain ketakutan, berbagai kejadian ini pun bahkan sempat menimbulkan aroma perpecahan antar-anak bangsa. Sebab, di tengah masyarakat sempat tumbuh rasa curiga-mencurigai, dimana sebagian masyarakat misalnya sempat curiga adanya keterlibatan oknum aparat TNI atau kepolisian yang nakal dalam beberapa perampokan itu.
Menurut mereka yang berprasangka demikian, bukan sembarang orang yang bisa mendapatkan dan menggunakan senjata api seperti yang dipakai sebagian perampok tersebut. Jadi, siapapun dia pasti orang yang terlatih menggunakan senjata otomatis.
Karena itu, masyarakat sangat berharap kepolisian bisa segera menuntaskan penyidikan berbagai kasus perampokan ini. Termasuk menemukan motivasi-motivasinya. Karena, di samping untuk kebutuhan hidup, tidak tertutup kemungkinan ada motivasi lain dari perampokan ini. Sudah ada pengalaman di hari-hari yang lalu, perampokan bank ternyata hanya sebagai salah satu cara yang dipakai oleh kelompok tertentu untuk membiayai kejahatan lain yang lebih besar.
Para pengamat juga menyarankan agar pengawasan senjata api gelap semakin diperketat. Di samping itu, penarikan senjata bekas GAM yang sebelumnya belum bersih hendaknya segera dituntaskan.
Sementara dari kalangan anggota DPR, ada yang memberi saran agar Polri menebar sniper di titik-titik yang rawan ancaman perampokan. “Ini sudah lampu merah, sudah mengganggu rasa aman publik. Polisi harus lebih bersiap untuk menjaga rasa aman, kalau perlu tempatkan sniper di beberapa titik,” ujar Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso. Ketua Komisi III DPR Benny K Harman juga meminta polisi berjaga-jaga di lokasi strategis untuk menjamin rasa aman masyarakat.
Khusus untuk meminimalisasi terjadinya perampokan di kantor lembaga keuangan, beberapa pendapat juga menyarankan agar central alarm di setiap kantor bank yang terhubung langsung dengan kantor polisi dihidupkan kembali. Dengan demikian, jika ada perampokan, polisi dapat segera diberitahu dan langsung menuju lokasi.
Pihak kepolisian sendiri, untuk mengantisipasi kejadian yang sama, mengaku sudah memberikan instruksi kepada seluruh Polda di daerah untuk mengambil langkah-langkah pencegahan. Termasuk meningkatkan pengamanan di lembaga keuangan, di pasar-pasar, maupun toko emas. HS (Berita Indonesia 79)


Comments

Post a Comment